Gambaran Al-Razi oleh pelukis Eropa, dalam karya Gerard dari Cremona "Receuil des traites de medecine"
1250-1260.
|
|
Nama:
|
Razi
|
Lahir:
|
|
Meninggal:
|
925
|
Aliran/tradisi:
|
|
Minat
utama:
|
|
Gagasan
penting:
|
Menemukan Alkohol,
menciptakan asam sulfur, membuat catatan tentang penyakit cacar, memelopori
bedah saraf dan bedah mata
|
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia : أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di
dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah
sakit di Rayy.
Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serba bisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan
terbesar dalam Islam.
Biografi
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal
dari nama kota Rayy. Kota
tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk
menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang
alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan
untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang
menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa
menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu
kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu,
gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam
setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan
khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan
terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit
di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga
menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu
Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke
kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku
Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal
sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat
kepadanya.
Kontribusi
Ø Bidang Kedokteran
1. Cacar dan campak
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit
di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang
membuat penjelasan seputar penyakit cacar:
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan
terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian
darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi
darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap
ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine. Penyakit ini dapat terjadi tidak
hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk
menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena
kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh
Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang
paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter
Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara
jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur
dan cara mencegah wabah tersebut."
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah
(Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak
sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke
dalam Latin dan bahasa
Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara
berpikir ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan
ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa
sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur.
Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal
terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan
terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala
lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada
tenggorokan."
2. Alergi dan demam
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang
menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis
tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan
timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang
menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.
3. Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga
berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi
juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
4. Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam
bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter
jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual
ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin
mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan
semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk
meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap
belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara
penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi
kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak
bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai
tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja
di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang
dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi
dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga
bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar